Jawa Barat, Tapak News - Sebuah unggahan video di Tiktok yang menyertakan bukti-bukti mengarah pada dugaan terjadinya korupsi dan politisasi Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) Indramayu mulai menjadi sorotan publik pada Kamis, (20/6/2024).

Dalam konten akun @kawalcarkaya berdurasi 8 menit 32 detik, diperlihatkannya satu buku tipis yang berkisah fiksi tokoh Nina Agustina telah dibeli dari uang negara untuk didistribusikan kepada seluruh lembaga pendidikan pra sekolah dengan harga tinggi. Dia juga mensinyalir modus umum "mark up" salah satu komponen biaya perlengkapan pengajaran tersebut telah terjadi di balik pengadaan buku bernuansa politis itu seharga Rp. 40.000 berisi 22 halaman.

"Dari data Dapodik, ada sekitar 41 ribu murid sehingga diduga menggunakan biaya dari BOP Rp. 1,6 milyar atau 6,7% dari Rp. 600.000/ anak dari yang digelontorkan oleh pemerintah. Dan untuk buku seperti ini, harga Rp. 10 ribu juga sudah mahal," terang Carkaya.

Atas "temuan" ini Carkaya meminta perhatian serius dari APH untuk menyelidiki dan menindaklanjuti atas dugaan korupsinya tanpa harus menunggu dulu laporan resmi dari masyarakat.

Ditemui pada kesempatan berbeda, Carkaya menyayangkan atas yang Ia sebut "gagasan brutal" dari oknum pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan diduga lancang mencomot nama Nina Agustina demi penokohan cerita di dalam buku fiksi anak-anak PAUD yang berpotensi menjerumuskan pimpinannya sendiri yang dalam hal ini bupati Indramayu pada jurang sensitifitas negatif di benak persepsi politis umum jelang Pilkada 2024 beberapa bulan lagi.

"Tokoh-tokoh nasional seperti Sukarno, Hatta, Megawati, SBY saja tak pernah menitipkan namanya dalam kisah-kisah fiksi di buku pelajaran, sehingga menurut saya pencantuman nama Nina Agustina dalam buku cerita itu adalah berawal ide gila yang menjerumuskan pimpinannya, entah itu oknum-oknum pejabat Disdik, " terangnya.

Dalam perbincangan singkat di ruangan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indramayu, Caridin, membenarkan adanya buku yang diperuntukkan anak-anak PAUD itu. Namun saat disinggung kemudian, atas penokohan Nina Agustina sebagai ide yg sensitif dan kurang baik dalam kemungkinan terjadi kontroversinya, Caridin mengatakan bahwa tak ada paksaan bagi lembaga-lembaga PAUD untuk membelinya.

"Semua itu dikembalikan kepada masing-masing lembaga, terserah mereka membeli atau tidaknya, " kilah Caridin, Rabu (19/6/2024)

Caridin juga enggan memberikan penjelasan lebih terang tentang berapa nilai BOP PAUD yg sudah dipergunakan untuk keperluan pembelian buku itu.

"Data itu ada di Kabid PAUD dan PNF, " kata Caridin.

"Saat ini Bu Kabid sedang dinas luar dan nomor HPnya belum bisa saya berikan. Nanti saja Saya bantu pertemukan, " imbuh Caridin.

Sampai berita ini dimuat, janji Caridin untuk mempertemukan dengan Kabid PAUD dan PNF dalam kepentingan wawancara masih belum ada kejelasan dan menuntut investigasi lebih lanjut mengakurasi potensi kerugian negara yang sebenarnya.